Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB University menciptakan inovasi alat deteksi dini mastitis pada sapi perah yang dinamakan Mas-Tion (Mastitis Detection), berbasis sensor electric-optical, machine learning, dan Internet of Things (IoT). Inovasi ini diharapkan mampu meningkatkan produksi susu nasional dan menjaga kualitas susu sapi di Indonesia.
Rizal Hakim, Ketua Tim Mas-Tion, menjelaskan bahwa produksi susu nasional hanya memenuhi 19% dari kebutuhan nasional, salah satunya disebabkan oleh mastitis, radang ambing yang menurunkan kualitas dan kuantitas susu. Saat ini, peternak umumnya menggunakan metode California Mastitis Test (CMT) yang dianggap kurang efektif dan hasilnya subjektif.
"Mas-Tion hadir sebagai solusi inovatif yang mudah digunakan oleh peternak, baik untuk deteksi mastitis klinis maupun subklinis," ujar Rizal di Kabupaten Bogor, Jumat (30/9). Alat ini dilengkapi dengan dua perangkat, yakni Mas-Tion Cam untuk mendeteksi mastitis klinis dan Mas-Tion Vity untuk mendeteksi mastitis subklinis melalui sensor konduktivitas susu.
Dengan tingkat akurasi tinggi, 98% untuk Mas-Tion Cam dan 96% untuk Mas-Tion Vity, alat ini menjadi salah satu pionir deteksi mastitis di Indonesia. Data dari sensor diolah oleh aplikasi Mas-Tion App, sehingga peternak dapat memantau hasil deteksi dengan mudah dan cepat. Mas-Tion juga didesain untuk bekerja secara otonom dengan baterai yang tahan hingga dua jam.
“Mas-Tion menawarkan efektivitas lebih baik dibanding alat bantu lainnya, cepat, praktis, dan ramah lingkungan,” tambah Rizal. Saat ini, Mas-Tion masih dalam tahap pengembangan dan berbentuk prototipe. Tim berharap dukungan dari berbagai pihak untuk mengembangkan alat ini agar dapat dimanfaatkan secara luas di industri peternakan sapi perah.
Tim yang mengembangkan Mas-Tion terdiri dari mahasiswa lintas prodi di Sekolah Vokasi IPB, yaitu Program Studi Teknologi dan Manajemen Ternak serta Program Studi Teknologi Rekayasa Perangkat Lunak, dengan bimbingan dari dosen Medhanita Dewi Renanti.