Halo Sobat Tani! Di era teknologi ini, bertani tidak lagi hanya tentang cangkul dan traktor. Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Kalimantan Timur, membuktikan hal ini dengan menciptakan aplikasi smart farming yang inovatif, hasil kerja keras tim dari dosen dan mahasiswa Jurusan Teknik Rekayasa Perangkat Lunak (TRPL).
Kebutuhan akan inovasi ini muncul saat industri pertanian Kalimantan Timur, khususnya komoditas cabai, mengalami inflasi berat pada tahun 2022. Sebagai solusi, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda bekerja sama dengan Bank Indonesia mengembangkan teknik smart farming. Teknik ini bukan hanya meningkatkan produksi dan efisiensi pertanian, tetapi juga memudahkan pengelolaan tanaman cabai.
Imron, dosen Jurusan TRPL, menjelaskan bahwa smart farming adalah sistem pertanian terintegrasi yang memanfaatkan teknologi digital. Sistem ini memungkinkan petani membuat keputusan berdasarkan data dari sensor dan perangkat lunak pengelolaan data, yang membantu dalam memantau kondisi tanaman, serta mengoptimalkan penggunaan sumber daya.
Aplikasi smart farming yang dikembangkan oleh Politeknik Pertanian Negeri Samarinda melewati beberapa tahapan, dari identifikasi masalah hingga dokumentasi penggunaan. Aplikasi ini membantu mempercepat proses operasional kebun, mempermudah pengumpulan data, dan meningkatkan efisiensi perkebunan.
Salah satu keberhasilan aplikasi ini terlihat di kelompok tani Loa Tebu, Kutai Kartanegara, di mana para petani telah menggunakan aplikasi ini untuk mengontrol operasional kebun lebih efisien. "Dengan smart farming, para petani tidak perlu repot naik-turun bukit untuk mengambil air. Semuanya menjadi lebih mudah dan praktis," ujar Imron.
Inovasi smart farming dari Politeknik Pertanian Negeri Samarinda ini adalah langkah maju dalam dunia pertanian, membawa perubahan signifikan dalam cara kita bertani. Kini, bertani menjadi lebih mudah, efisien, dan tentunya lebih menyenangkan. Mari sambut era baru pertanian dengan teknologi!
