Politeknik Negeri Samarinda (Polnes) di Kalimantan Timur telah mengambil langkah inovatif dengan menciptakan mesin pelunak serat daun doyo, mempercepat proses pembuatan kain tenun ulap doyo yang merupakan warisan budaya khas daerah tersebut. Kain ini dikenal unik dengan warna dan motifnya yang mampu merefleksikan strata sosial di masyarakat setempat.
Sebelumnya, para pengrajin menghadapi tantangan dalam memperoleh bahan baku, yakni serat daun doyo. Proses manual yang dilakukan untuk mengubah daun doyo menjadi benang membutuhkan waktu lama, menghambat produksi kain tenun.
Menanggapi hal ini, tim dari Prodi Teknik Mesin Polnes, dipimpin oleh Suparno, seorang dosen di institusi tersebut, mengembangkan mesin pelunak serat daun doyo. Proses pembuatan mesin ini melibatkan kolaborasi antara dosen dan mahasiswa, dan berhasil diselesaikan dalam waktu tiga minggu.
Mesin ini dirancang khusus untuk memudahkan proses pelunakan daun doyo, meningkatkan efisiensi produksi kain tenun. Hasilnya, pengrajin kini dapat memperoleh serat daun doyo dengan lebih cepat, sehingga mereka dapat mengalokasikan lebih banyak waktu untuk berinovasi dalam pembuatan kain tenun ulap doyo.
Mesin pelunak serat daun doyo ini telah diserahkan kepada Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Kalimantan Timur untuk digunakan oleh para pelaku UMKM di bidang tenun daun doyo. Dengan adanya mesin ini, diharapkan para pengrajin dapat meningkatkan produksi dan inovasi dalam pembuatan kain tenun ulap doyo, membantu melestarikan warisan budaya sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.